Sunday, April 6, 2008

Darah Tinggi Dapatkah Dicegah?

Darah tinggi bukan penyakit, melainkan gejala dari sejumlah penyakit di belakangnya, Penyebabnya belum tentu sama. Sebagai entitas penyakit, darah tinggi yang penyebabnya tidak jelas (esensial), mungkin sebuah penyakit, Apakah darah tinggi benar dapat dicegah?

Tidak dapat dicegah kalau penyebabnya memang turunan. Artinya, tanpa ada penyebab yang jelas, sejak awal memang tekanan darah sudah lebih tinggi dari normal. Jika dilacak, ayah, ibu, atau keduanya juga mengidap darah tinggi sejak muda.

Kecenderungan tekanan darah meninggi sejak muda, besar kemungkinan disebut darah tinggi esensial (essential hypertension). Kasus begini alih-alih bisa disembuhkan, dicegah pun tak mungkin karena urusan genetik. Kasus darah tinggi bawaan harus bergantung minum obat sepanjang hayat.

Ada Penyakit

Ada sejumlah penyakit yang dapat menimbulkan gejala darah tinggi. Jenis darah tinggi yang tergolong begini yang dapat diobati, dan sebagian masih mungkin dilakukan upaya pencegahannya, yakni jangan sampai terkena penyakit yang bergejala darah tinggi tersebut.

Penyakit yang bergejala darah tinggi, (1) kelebihan kerja kelenjar gondok atau hyperthyroidism. Jika hormon gondok diproduksi melebihi normal, salah satu gejalanya juga darah tinggi. Dengan meredam kelebihan produksi gondok, darah tinggi dapat mereda juga.

Selain gondok, (2) bila kelenjar anak ginjal (glandulla suprarenalis) mengalami gangguan, biasanya ada tumor, gejala awalnya juga darah tinggi (pheochromocytoma). Dengan meniadakan gangguan di kelenjar anak ginjal, darah tinggi tidak akan menetap. Dan (3) jika ada gangguan pada ginjal sendiri. Ginjal infeksi, batu ginjal, tumor ginjal, salah satu gejalanya darah tinggi juga.

Jangan lupa (4) pada kelompok usia lanjut, dengan sudah semakin kakunya dinding pipa pembuluh darah tubuh, mengharuskan pemompaan jantung lebih kuat, sehingga tekanan darah cenderung lebih tinggi dari normal. Batasan normal tekanan darah pada usia lanjut tidak harus sama dengan selagi masih berusia belia.

Selain karena kondisi dinding pembuluh darah yang semakin kaku, tekanan darah sering berfluktuasi naik-turun dari waktu ke waktu. Ini bisa terjadi sebab mekanisme kontrol (baroreceptor) yang berada pada dinding pembuluh darah batang leher (karotid) kerjanya sudah tidak baik. Dengan bertambahnya usia, kerjanya menurun.

Pengontrol tekanan darah tersebut yang dari saat ke saat mengendalikan agar tekanan darah senantiasa dalam batas-batas normal, sekitar 120/80 mmHg. Bila tekanan darah sedang meninggi, akan diturunkan, dan bila sedang turun, akan langsung ditinggikan. Kerja pengaturan ini berlangsung secara otomatis melalui sistem saraf.

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah. Ginjal yang senantiasa mengendalikannya. Sistem keseimbangan elektrolit, khususnya natrium (sodium), diatur dalam ginjal. Hormon peninggi tekanan darah (renin) dikeluarkan oleh ginjal bila keseimbangan elektrolit terganggu.

Kasus lainnya faktor stres. Stres menimbulkan gejala darah tinggi juga. Tak cukup dengan memberikan obat darah tinggi. Kalau mau sembuh total, hanya dengan cara mengendurkan penyakit stresnya.

Efek Samping

Tidak serta-merta tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg digolongkan sebagai darah tinggi. Menurut WHO, seseorang barn didiagnosis darah tinggi dan perlu diintervensi dengan obat bila tekanan darah menginjak 140/90 mmHg. Di bawah itu tergolong normal atas (high normal).

Untuk memastikan, pengukuran tekanan darah tidak cukup satu kali. Dengan alat ukur (tensimeter) yang sama, dalam kondisi sama, selama tiga kali pemeriksaan selang waktu beberapa hari, memberikan hasil sama. Idealnya dilakukan pagi hari, sebelum melakukan aktivitas fisik apa pun. Pada saat itulah gambaran tekanan darah paling normal.

Jadi tidak sederhana menetapkan seseorang darah tinggi. Baru tergolong darah tinggi, menurut WHO, bila tekanan darah yang diperiksa tiga kali berturut-turut hasilnya sama di atas 140/90 mmHg (Grade I atau hipertensi ringan). Yang tensinya 160/ 100 tergolong Grade 2 atau hipertensi sedang, dan Grade 3 atau hipertensi berat bila di atas 180/110.

Di usia lanjut, tekanan darah digolongkan berlebih bila tekanan sistolik (tekanan atas) di atas 140, sedang tekanan bawah (diastolik) di bawah 90 mmHg. Ini tergolong systolic hypertension.

Apa Sikap kita?

Tidak selalu langsung diintervensi dengan obat. Idealnya tekanan darah dipelihara sekitar 120/80 mmHg, dengan atau tanpa obat. Selama masih memungkinkan dipelihara tanpa obat, pilihannya tak perlu minum obat.

Mengapa? Bagaimanapun kecilnya, efek samping obat darah tinggi tidak menyehatkan. Apalagi kalau harus diminum terus-menerus, tentu bermasalah pada tubuh. Yang paling dicemaskan, gangguan penampilan seksual pria.

Apa cara menurunkan darah tinggi tanpa intervensi obat? Dengan menurunkan berat badan sampal seideal mungkin dan banyak bergerak badan. Jalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking), selain membantu menurunkan berat badan, kadar kolesterol jahat (LDL) diturunkan, dan kolesterol baik (HDL) ikut dinaikkan.

Jangan lupa diet. Semua yang memperburuk lemak darah (lipid) harus dibatasi, termasuk daging, jeroan, dan gajih. Mengapa? Untuk jangka panjang, lemak dalam darah yang terus meninggi akan memperburuk kondisi dinding pipa pembuluh darah. Penebalan dan menjadi kakunya dinding pembuluh darah yang akan menambah tinggi tekanan darah.

Yang sering dilupakan, asupan garam dapur (sodium). Karena yang langsung bisa menaikkan tekanan darah bukanlah sehabis makan daging, melainkan begitu mengonsumsi garam berlebihan.

Kultur makan kita menghabiskan lebih dari 15 gram garam dapur sehari, padahal kebutuhan tubuh hanya 5 gram. Kelebihan itulah yang menjadi penyebab, mengapa kebanyakan orang modern mendadak darah tinggi. Yang tadinya normal, tanpa punya risiko darah tinggi, tiba-tiba jadi darah tinggi.

Bukan Darah Tinggi Sungguhan

Selain akibat buruk garam dapur, ada pula kasus darah tinggi lain, yaitu kasus tekanan darah tinggi yang bukan sesungguhnya darah tinggi. Artinya, darah tinggi yang bukan sejatinya darah tinggi. Sering lantaran terjadi kekeliruan dan kurang akurat dalam pengukuran tekanan darah.

Ada kebiasaan mengukur tekanan darah di tempat-tempat umum, seperti di mal, di pasar, atau di tukang sewa ukur tekanan darah keliling. Sekalipun alat ukurnya benar, dan cara mengukurnya juga benar, dalam kondisi fisik yang sudah letih dan emosi belum tentu stabil, hasil pengukuran tekanan darah di mal, misalnya, bisa saja bukan yang sejatinya. Umumnya cenderung lebih tinggi.

Jangan mengambil keputusan untuk langsung mengintervensi dengan obat atau menjadi cemas seakan sudah pasti benar mengidap darah tinggi, kalau meragukan hasilnya. Perlu dilakukan pengukuran ulang di pagi hari sebelum melakukan aktivitas fisik apa pun. Pastikan setelah diukur tiga kali berturut-turut pada hari yang berbeda, hasilnya sama lebih dari normal, pada saat itulah darah tingginya memang betul sejati.

Itupun belum tentu harus langsung diintervensi dengan minum obat. Sekali lagi, kalau bisa dikendalikan tanpa obat, alangkah bagusnya. Selain tak harus bergantung obat, tubuh tidak memikul beban efek sampingnya.

Kaiaupun harus diputuskan minum obat, pilih golongan obat yang paling enteng, dan dengan takaran yang sekecil mungkin, yang memberikan hasil penurunan sebesar yang diinginkan. Kalau cukup dengan obat penuras kencing (diureticum), tak perlu menambahkan obat antidarah tinggi. Baru dipakai kombinasi dua jenis obat bila hanya dengan penuras kencing darah tinggi belum juga mau turun.

Adakalanya jenis obatnya belum tentu cocok karena jenis obat darah tinggi berbeda kerjanya. Mngobati darah tinggi sering disebut cocok-cocokan. Dokter yang akan memilihkan jenis obat darah tinggi yang cocok.

Selain cocok, perlu dipertimbangkan adakah kontraindikasinya. Kasus darah tinggi dengan penyakit jantung berbeda jenis obatnya dengan darah tinggi dengan kencing manis, dengan penyakit ginjal. Begitu juga kaitannya dengan usia.

Sekali lagi dokter juga yang akan melacak, adakah penyakit di belakang darah tingginya. Penyakit ini yang justru harus disembuhkan, agar darah tingginya reda, dan tak perlu terus minum obat. Membiarkan darah tinggi terus tentu merusak badan. Serangan jantung koroner, stroke, dan pembengkakan jantung terjadi akibat darah tinggi tidak dikontrol.

Tentu dosis obat terus diatur agar dengan dosis yang serendah mungkin memberikan hasil tekakan darah yang ideal. Setelah penyakit yang ada di belakangnya disembuhkan, obat bisa dihentikan.

Sumber: www.lnicommunity.net

No comments:

Search

Powered By Blogger