Sunday, April 6, 2008

Makan Sehat Trend Pola Makan Masa Kini

Kalau kita amati, pola-pola makan masa kini mempunyai banyak kesamaan dengan pola makan masa lalu; memanfaatkan hasil pertanian yang masih segar, diproses secara lambat, lebih banyak mengkonsumsi makanan tanpa daging, dan menghindari makanan olahan.

Seorang ahli gizi di New York, Fern Gale Estrow, mengatakan bahwa saat ini orang tidak hanya melihat kemasannya, tapi lebih memperhatikan dari mana makanan itu berasal serta bagaimana cara menyiapkannya dengan cara yang paling praktis dan mudah, tanpa mengurangi rasa dan kandungan gizi makanan itu sendiri.

Berikut ini lima pola makan yang kaya rasa, kaya nutrisi, dan praktis, yang pantas Anda coba:

1. Fleksitarian

Seperti vegetarian, fleksitarian juga menjalankan diet berbasis buah dan sayuran, tapi sesekali masih mengkonsumsi protein yang berasal dari daging tanpa lemak, unggas, dan susu. Menurut American Dietetic Association (ADA), seperempat populasi Amerika telah menjalankan pola makan ini, dengan mengkonsumsi makanan tanpa daging paling tidak empat kali seminggu.

Kelebihannya:

Pola makan ini telah direkomendasikan selama bertahun-tahun oleh banyak ahli dan peneliti gizi. Diet ini menekankan makanan yang miskin lemak jenuh tapi kaya serat. Karena itu, dibandingkan masyarakat umumnya, penganut fleksitarian bisa lebih memenuhi kebutuhan akan sayuran dan buah-buahan, plus seluruh vitamin dan mineral yang dikandungnya.

Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti pola makan memiliki berat badan lebih rendah, juga berisiko lebih kecil terkena darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, prostat, dan kanker hati.

Dalam sebuah studi di Tulane University, New Orleans, para peneliti memantau kebiasaan makan dari 9.600 orang selama 19 tahun. Hasilnya, mereka yang mengkonsumsi buah dan sayuran, paling tidak tiga kali sehari, memiliki risiko lebih kecil terkena stroke sebanyak 42 persen, dan penyakit jantung sebanyak 72 persen.

2. Makanan Lokal

Mereka yang mencari makanan yang lebih segar, dengan sendirinya akan mencari produk lokal. Pola makan ini menguntungkan bagi pengembangan produk petani setempat.

Kelebihannya:

Karena kesegarannya, buah dan sayuran lokal dari petani setempat seringkali memiliki kadar nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan produk massal dari perkebunan komersial di propinsi lain. Hasil pertanian seperti ini biasanya dipanen empat sampai tujuh hari sebelum dilempar kepasar, dikirim dengan kapal atau truk sebelum dijual. Para peneliti menemukan bahwa jika tidak ditangani dengan benar, hasil pertanian tersebut akan kehilangan setengah kandungan gizinya, terutama yang mudah larut dalam air seperti vitamin C.

3. Makanan Fungsional

jenis makanan ini diperkaya dengan nutrisi tambahan. Contohnya jus jeruk diperkaya dengan kalsium atau susu diperkaya dengan vitamin D dan A. Karena penjualannya terus meningkat, makin banyak makanan fungsional dilempar ke pasar, seperti telur dan pasta dengan asam lemak omega 3, cokelat yang diperkaya dengan sterol, atau tepung terigu kaya serat dan tinggi protein.

Kelebihannya:

Banyak orang terpenuhi kebutuhan nutrisinya dengan makanan ini. Misalnya, jika Anda tidak tahan laktosa, Anda mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan kalsium. Untuk mengatasinya, Anda bisa minum jus jeruk kaya kalsium. jika tidak suka makanan laut, Anda bisa memenuhi kebutuhan omega 3 dari telur atau pasta.

Makanan fungsional merupakan salah satu cara menjaga diet seimbang, bukan menggantikannya. Jus jeruk yang diperkaya kalsium tidak bisa memberi nutrisi lain misalnya protein yang Anda peroleh jika minum susu atau produk susu. Yang paling baik adalah mengandalkan makanan segar yang memasok beraneka gizi yang bekerja secara sinergis. Walaupun tidak dilarang mengkonsumsi makanan fungsional, tapi alangkah baiknya jika sebagian besar kebutuhan gizi diperoleh dari bahan makanan alami.

4. Makanan Organik

jenis makanan ini diproduksi mengikuti aturan pemerintah tanpa menggunakan pestisida, herbisida, atau zat-zat kimia lainnya yang biasa dipakai dalam pertanian konvensional. Perkembangan makanan organik di negeri ini tampak makin meningkat. Makin banyak saja makanan organik yang ditawarkan di supermarket.

Kelebihannya:

Sebuah riset yang diadakan oleh University of California at Davis mengatakan bahwa makanan organik mengandung 27% lebih banyak vitamin C, 21% lebih banyak zat besi, dan 29% lebih banyak magnesium daripada makanan non organik. Makanan olahan yang dibuat dari bahan organik juga memenuhi kriteria ini.

Biarpun stempel organik bukan jaminan kualitas gizi, tapi sudah jelas kalau makanan tersebut kurang terpapar pencemaran zat kimia. Menurut suatu tes yang diadakan oleh para peneliti dari Environmental Working Group di Washington, memilih produk organik berarti menghindarkan Anda dari kemungkinan mengkonsumsi bahan kimia yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam produk-produk pertanian seperti apel, pir, atau stroberi.

5. Slow Food

Pertama kali diperkenalkan di Italia pada tahun 1920 oleh Carlo Petrini, seorang ahli restoran, Slow Food diciptakan untuk memprotes keberadaan fast food, yang mulai menggeser gaya hidup tradisional di Mediterania. Konsep dasarnya adalah memilih makanan lokal, menyiapkannya secara tradisional, dan menyantapnya bersama keluarga dan teman-teman. Pola makan ini menawarkan gaya hidup yang lebih rileks dibandingkan dengan fast food yang serba cepat dan terburu-buru.

Kelebihannya:

Komponen utama dalam Slow Food adalah kesegaran bahan. Meluangkan waktu untuk memilih bahan makanan segar menjamin hidangan yang kaya nutrisi, apakah itu masakan dari resep keluarga atau makan di restoran yang menyajikan bahan makanan segar.

Kebersamaan keluarga adalah hal yang sangat penting. "Tujuan Slow Food adalah membuat acara makan menjadi lebih gembira dan mengembalikan makanan ke fungsi aslinya, yaitu cara untuk menjalin kebersamaan," jelas Sarah Febaugh, asisten direktur Slow Food, USA.

Makanan sehat adalah awal gizi yang baik, tapi Slow Food mencapai lebih dari itu. Memang belum ada penelitian yang membuktikan bahwa makan bersama keluarga dan teman-teman lebih baik daripada ditemani televisi, tapi manfaat Slow Food sudah jelas. "Slow Food menyentuh segi/aspek komponen psikologis dari pemilihan makanan, persiapan, dan cara makan itu sendiri," jelas Estrow. Diet yang sehat bukan soal apa yang Anda makan saja, tapi juga bagaimana Anda memakannya."

Sumber: Majalah Nirmala

No comments:

Search

Powered By Blogger